Besarnya kekayaan alam dan budaya yang dimiliki Bali menjadikan sektor pariwisata sebagai sumber perekonomian mayoritas masyarakatnya. Namun, wilayah pesisir telah tumbuh dengan cepat tanpa kegiatan konservasi yang seimbang dan konflik antar daerah timbul dari persaingan atas pemanfaatan sumber daya alam. Program konservasi berbasis nilai dan konteks budaya lokal dengan pendekatan Ridge to Reef atau “Nyegara Gunung” dilakukan sebagai upaya dalam membangun model pengelolaan yang terintegrasi antara jejaring Kawasan Konservasi Perairan (KKP) laut dan konservasi darat.
Mengapa penting?
Tantangan
Yang kami lakukan
1. Program Jejaring KKP Bali
Kajian kelautan Bali (Bali Marine Rapid Assesment) tahun 2011 menghasilkan rekomendasi jejaring KKP Bali dan pada tahun 2014 cetak birudiluncurkan. Hal ini berguna untuk membentuk Local Government Network yang dimandatkan dalam Aksi Nasional Inisiatif Segitiga Karang Dunia. Dengan adanya jejaring KKP Bali, kerjasama antara pengelola dapat terbangun secara lebih efektif, efisien, komprehensif dan berkelanjutan. Uniknya jejaring KKP Bali tidak hanya antara kawasan perairan di laut tapi juga dengan kawasan perairan di darat (danau).
2. Pembangunan Bali “Nyegara Gunung” Geodatabase
Sejak tahun 2013 telah dibangun sistem database yang sangat lengkap dan menyeluruh sebagai hasil mengumpulkan berbagai data dan informasi berbasis spasial dan tubuler (grafik, gambar, tabel dll) dari berbagai instansi maupun lembaga di Bali dan luar Bali. Sistem database ini sangat penting untuk menyusun seluruh informasi dan data secara sistematis dan terstruktur sehingga dengan mudah diketahui data dan informasi yang sudah ada dan belum, termasuk ketidaksinkronan data dan informasi antar lembaga. Bali Geodatabase sejalan dengan komitmen pemerintah yang dituangkan ke dalam UU No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial, dan Perpres no. 9 tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta Pada Tingkat Ketelitian Peta Skala 1: 50.000.
3. Pembentukan Yayasan Pelestarian Alam dan Budaya (YPAB) Bali
Pembentukan YPAB pada 5 Juni 2016 yang didirikan dan dikawal oleh tokoh-tokoh Bali baik dari kalangan pariwisata, mantan pejabat pemerintah, akademisi, seniman hingga aktivis akan menjadi embrio Bali Conservation Trust Fund yang akan mengelola dana untuk konservasi alam dan budaya Bali secara berkelanjutan. Tahun 2013 telah dikeluarkan Peraturan Gubernur (pergub) Bali No. 41 tentang Program Pelestarian Budaya dan Perlindungan Lingkungan Hidup bagi Kepariwisataan Budaya Bali, yang memayungi secara hukum pungutan US$ 10 bagi setiap wisatawan asing yang datang ke Bali. Pergub ini berpotensi mengumpulkan dana hingga 450 milyar per tahun. Namun tidak bisa diterapkan karena ketidakjelasan mekanisme transparansi dan akuntabilitas penggunaan dana tersebut. YPAB Bali mengambil prioritas untuk membangun mekanisme pelaksanaan program pelestarian alam dan budaya Bali secara transparan dan akuntabel sehingga terbangun kepercayaan publik.
4. Membangun Model Pembentukan KKP Karangasem
Kabupaten Karangasem memiliki topografi gunung dan laut yang sangat berdekatan sehingga hubungan ekosistem darat dan laut sangat kuat guna mendukung perekonomian warga, baik dari sektor perikanan maupun pariwisata. Kerusakan di hulu/gunung akan berpengaruh pada hilir/laut sehingga penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem hulu dan hilir. Kami bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Karangasem dan Pemerintah Provinsi Bali untuk mengharmonisasikan tata ruang darat (RTRWK) dengan tata ruang laut (RZWP3K) Bali. Di Desa Tulamben dan Dukuh kami bekerjasama dengan warga lokal untuk penanaman pohon hutan dan tanaman Gebang di hulu Tulamben untuk mengurangi sedimentasi dari darat ke laut, pembuatan zonasi KKP Tulamben dan pelestarian terumbu karang.
5. Sistem Informasi Desa Konservasi (SIDESI)
SIDESI berdasar kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 114 tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa dimana setiap desa diwajibkan untuk memiliki sistem informasi desa. Dalam SIDESI terdapat data dan informasi mengenai desa misalnya potensi desa, pengelolaan APB Desa, data kependudukan dan monografi desa secara lengkap. Data SIDESI dikumpulkan secara partisipatif oleh masyarakat desa sehingga masyarakat ikut berpartisipasi dalam pembangunan desanya berdasarkan potensi di darat dan di laut yang dikelola dengan pendekatan konservasi sumber daya alam dan budaya. Telah dipilih 3 desa percontohan di Kabupaten Karangasem yaitu Desa Bugbug, Bunutan dan Tulamben yang telah dan akan membangun SIDESI sehingga diharapkan visi dan misi pembangunan desa akan mencerminkan upaya konservasi desa sebagai ujung tombak konservasi di lapangan.
Narahubung
Iwan Dewantama
Senior Manager Bali Island - Sunda Banda Seascape
ci-indonesia@conservation.org